Dekorasi di Istana Golestan, Tehran
What is the use of gold land ornaments if the woman is ignorant? Gold and jewels will not cover up that blemish. — from “Iranian Women”
(Parvin Etesami, a female poet from Qajar Dinasty)
Setelah menyelesaikan kunjungan di Qom, kami segera melanjutkan perjalanan menuju Tehran. Jalanan sangat padat oleh mobil-mobil yang berjejal menuju dan keluar Iran. Keadaannya mirip dengan jalanan tol menuju Jakarta. Ketika minibus kami mulai memasuki ibukota Iran ini, hawa-hawa metropolis mulai terasa. Walaupun ketika itu, senja mulai berganti dengan malam, saya bisa melihat dengan jelas kesibukan kota ini. Pertokoan modern di mana-mana. Orang-orang berlalu-lalang. Saya tak melihat wanita ber-chador sewaktu itu. Kebanyakan wanita memakai tunik, celana panjang, dan menutup kepala, dan seringnya berselendang ala “Mbak Tutut”, jadi poni dan jambulnya masih nyembul di depan 🙂
Setelah drama berputar-putar tak jelas demi mencari hotel, akhirnya kami sampai juga di hotel yang sudah di-booking. Setelah check-in, saya mandi dan ingin tidur saja. Beberapa teman ada yang keluar dan menyusuri Vali Asr Street, yang merupakan jalan yang terpanjang di Timur Tengah, yaitu 17,9 km. Jalan ini dibangun pada era Shah Reza Pahlavi, dan sudah berkali-kali berganti nama, mulai dari Pahlavi Street, Mossadeq Street, lalu Valiasr Street, yang merupakan nama lain dari Imam ke-12 Syiah.
Tehran sendiri merupakan kota yang baru berkembang pada zaman yang sudah mulai modern. Kota ini dipilih sebagai ibukota negara pada masa dua dinasti terakhir Iran, yaitu Qajar (1789-1925) dan Pahlavi (1925-1979). Setelah Revolusi Islam pada tahun 1979, Tehran tetap dijadikan pusat pemerintahan. Tak heran, kota ini didominasi nuansa modern.
Buat saya pribadi, Tehran identik dengan film Children of Heaven, yang menceritakan perjuangan seorang anak untuk mendapatkan sepatu. Film yang berlatar belakang Tehran itu sangat menyentuh dan mengajarkan nilai-nilai tentang keluarga, kerja keras, kejujuran dan semangat pantang menyerah. Saya tak pernah bosan menontonnya. Konon, film ini memang menampilkan realita yang terjadi di Iran pada umumnya.
Continue reading →