Pengalaman Menggunakan Uber Business di Australia


Untuk keperluan business trip, saya diharuskan menggunakan jasa taksi atau rental mobil untuk perjalanan darat. Sejak tahun 2021 silam, kami diperbolehkan untuk menggunakan Uber, versi business tentunya. Saya pun berniat mencobanya sewaktu berada di Australia tahun 2022 silam.

Saya sudah meng-install app Uber sewaktu masih berada di Indonesia. Dikarenakan Uber tidak beroperasi di Indonesia, penampakan app-nya sangat minimalis. Sewaktu sampai di Australia, app-nya langsung penuh dengan beberapa pilihan jasa, seperti layaknya Gojek dan Grab. Uber ternyata punya layanan pesan antar makanan yang disebut UberEats, padanan dari GoFood dan GrabFood. Ada beberapa menu lainnya juga. Tapi terus terang, menu Gojek lebih bervariasi menurut saya.

Continue reading

Thai Food Halal di Sydney


Jika ingin mencari makanan halal di negara di mana Islam menjadi minoritas, saya akan langsung kepikiran untuk mencari makanan Indonesia, Malaysia ataupun Timur Tengah.

Thai food halal? Hmm, gak terlalu lazim. Di Indonesia, saya bahkan kesulitan mencari restoran Thailand yang halal.

Saya menemukan “It’s Time for Thai” sewaktu menyusuri George Street di pusat kota Sydney. Niat awalnya nya sih untuk mencari pemberhentian tram, tapi malah ketemu logo halal di salah satu restoran Thailand.

Continue reading

Makanan Indonesia Halal di Melbourne


Salah satu hal yang saya sukai tentang Melbourne selain tram gratis di area CBD adalah kemudahan mencari makanan halal.

Mencari makanan halal di Melbourne tidaklah susah. Di beberapa pengkolan, bisa ditemukan kedai kebab, yang biasanya dimiliki oleh orang Turki. Saya cukup senang dengan makanan Turki yang dimasak oleh orang Turki dan dimasak di Australia 🙂

Menemukan makanan Indonesia yang halal pun bukanlah hal yang sulit di Melbourne. Paling tidak, ada 2 yang patut dicoba:

Continue reading

2022 : Pengalaman Menyewa dan Menyetir Mobil di Australia


Akhirnya setelah sekian lama,blog ini tersentuh kembali. Saya sibuk sekali di tahun 2022 silam, baik untuk urusan personal maupun profesional. Alhamdulillah, awal Januari 2023 ini, saya bisa menulis kembali.

Untuk business trip saya ke Australia tahun lalu, saya tak hanya mengunjungi kota-kota metropolitan seperti Melbourne dan Sydney, tapi juga beberapa kota kecil, yang bandaranya bahkan lebih kecil daripada Minangkabau International Airport di Padang. Tak hanya sepi, kota-kota kecil tersebut juga lengang dan tak banyak ditemukan taksi. Oleh perusahaan, saya diminta menyewa mobil saja dengan salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan kami, yaitu Hertz.

Ini pertama kalinya saya menyewa mobil lepas kunci dan saya setririn sendiri, jadi agak-agak grogi juga. Saya pernah menyetir di Belanda, tapi sedikit banyak pasti ada perbedaannya dengan Australia. Berbekal SIM Internasional yang sudah saya buat di Korlantas Polri sebelumnya, saya memesan 1 unit sedan Toyota Corolla sekitar 2 minggu sebelum hari H. Mobil diambil di bandara dan dikembalikan di pusat kota. Saya akan berangkat dengan kereta api untuk menuju destinasi selanjutnya.

Kata bos saya, harga sewa mobil di Australia melonjak pesat semenjak pandemi karena tingginya demand. Untuk pemesanan yang mirip, kolega saya hanya perlu membayar AUD 50 untuk 1 hari, sementara saya diberi estimasi biaya sekitar AUD 196. Tapi karena menyewa mobil adalah pilihan terbaik, ya apa boleh buat, dibayarin pula, haha.

Pada hari H setelah mendarat, saya segera menuju booth Hertz dan menyerahkan bukti booking saya berikut SIM A dan SIM Internasional saya. Ternyata, staf Hertz tidak menerima SIM Internasional karena mereka tidak mengenalnya. Kata mereka, WNI harus menyediakan terjemahan SIM A dari Kedubes RI. Saya sempat kesal. Lalu menunjukkan page Wikipedia bahwa SIM Internasional memang diakui banyak negara. Staf Hertz-nya kurang gaul kayaknya.

Setelah masalah SIM selesai, mereka mempermasalahkan alamat saya yang tidak sesuai dengan SIM. Lalu saya menunjukkan kalau alamat itu adalah alamat kantor karena form isian Hertz meminta alamat kantor (business address). Kalau diingat-ingat sekarang, saya hanya tertawa saja. Tapi waktu itu, saya kesal banget.

Continue reading

Pink Lake, Westgate Park


Seorang kolega dari kantor Melbourne menyarankan saya agar mengunjungi tempat ini. Unik, katanya. Bahkan, gak setiap orang Melbourne yang tahu tentang danau yang berwarna pink ini.

Benar saja. Ketika saya sampai di Melbourne, tidak ada rekan satu tim saya yang tahu. Setelah saya tunjukkan fotonya, mereka baru paham. Selama ini, mereka menyangka danau pink ini hanya genangan limbah industri!

Satu trip kecil diatur oleh rekan satu tim saya. Sebenarnya, kami hanya akan mengunjungi beberapa stakeholder, tapi mereka mau meluangkan waktu untuk melipir sebentar ke danau ini.

Warna pink pada danau ini berasal dari algae yang hidup di dalam danau. Pada temperatur sekitar 25 derajat celcius, fenomena ini bisa terjadi. The smell was a bit unpleasant, but the view was fantastic.

Thank you, double M! And I love riding sport car!