Pengalaman Memesan Wheel Chair Assistance – Garuda Indonesia


Sebulan lalu, Tante saya mengunjungi saya selama beberapa hari di Jakarta. Setelah beberapa hari yang menyenangkan di Jakarta, beliau mengatakan harus kembali di Padang. Masih banyak yang harus diurus di Padang, kata beliau. Dengan berat hati, saya pun memesankan tiket pulang ke Padang untuk beliau.

Ibu – begitu saya memanggil beliau – akan melakukan perjalanan seorang diri dari CGK ke PDG. Dan itu akan jadi solo trip beliau yang pertama dengan pesawat terbang. Ibu seringkali solo trip ke Jambi dengan bus travel untuk mengunjungi anaknya di kota Jambi. Tapi untuk pesawat, ini akan menjadi kali yang pertama.

Saya sendiri agak khawatir melepas Ibu sendirian. Tapi apa daya, keadaan saya waktu itu belum memungkinkan untuk bepergian dengan pesawat terbang, supaya bisa mengantar beliau sampai ke rumah. Dan sebenarnya, ada dua hal yang saya khawatirkan. Pertama, kaki Ibu tidak terlalu kuat berjalan jauh. Penerbangan ke Padang dari Terminal 3U Soetta seringkali melalui Gate 20-an, dan itu jauh sekali. Saya takut Ibu kelelahan. Kedua, Terminal 3U Soetta cukup besar. Saya takut Ibu kesasar. Walaupun Ibu lebih percaya pada dirinya, saya tetap mencari cara sehingga Ibu sampai ke seat-nya dengan selamat.

Cara itu adalah: memesan kursi roda!

Dengan layanan kursi roda, tentu Ibu akan diantarkan langsung ke tempat duduknya 😊

Saya pun menelpon Costumer Service (CS) Garuda Indonesia dan menjelaskan bahwa Ibu tidak sanggup berjalan jauh dan perlu ditemani sampai ke tempat duduknya. Mba CS menerangkan bahwa pada hari keberangkatan, saya hanya perlu ke counter check-in seperti biasa, setelah itu baru melapor ke counter Special Assistance.

Beberapa jam sebelum keberangkatan, saya mencoba online check-in, seperti yang biasa saya lakukan. Ternyata tidak bisa! Di layar computer disebutkan bahwa penumpang harus check-in langsung di bandara. Menurut saya, ini terjadi karena request special assistance tadi.

Pada hari H, kami langsung ke counter check-in Terminal 3U Soetta dan memasukkan bagasi. Boarding pass yang Ibu dapat adalah seperti gambar di bawah. Dan gate-nya ternyata tidak terlalu jauh, cukup 14 saja. Tapi saya bersikeras kepada Ibu supaya tetap menggunakan kursi roda 😊

Ibu (3)

Boarding pass Ibu

Setelah itu, kami ke counter 13 dan melakukan pendaftaran. Karena kami datang terlalu awal, petugas meminta kami kembali ke situ 45 menit menjelang keberangkatan.

Setelah 45 menit, petugas melakukan pendaftaran, menunjuk petugas yang akan mendorong kursi roda Ibu. Ada selembar berkas yang harus diisi oleh pengguna kursi roda ataupun penanggung jawabnya. Dalam hal ini, saya lah yang menandatangani semuanya.

Sayangnya, si petugas ternyata adalah drama queen (sebel!). Dia bersikeras, kami tadi hanya meminta pengantar, bukan kursi roda. Padahal jelas-jelas saya tadi meminta kursi roda dan dia tadi sudah mengiyakan. Lalu saya perlihatkan boarding pass yang jelas-jelas menunjukkan wheel chair request. Eh, dia malah melengos tanpa minta maaf.

Dia juga sempat kehilangan boarding pass Ibu lalu mengatakan bahwa dia sudah memberikan kepada saya.

“Kamu kan belum kasihin sama saya. Coba kamu cari lagi”, kata saya dengan tegas. Saya sudah muak dengan gayanya yang tidak simpatik. Setelah dicari-cari, eh ternyata boarding pass Ibu terselip di antara kertas-kertas. Dan tanpa minta maaf lagi, dong.

Tapi teryata, dia sepertinya memang begitu ke orang lain, tanpa senyum dan ketus. Kok bisa-bisanya Garuda menempatkan orang seperti itu di bagian counter. Terus terang, saya berharap si drama queen dapat pelajaran suatu hari nanti atas sikapnya, hehe.

Petugas yang akan mendorong kursi roda Ibu ke pesawat bernama Indah. Orangnya baik dan ramah, tidak seperti mandornya yang drama queen.

Saya pun melepas Ibu di pemeriksaan tiket. Sebegai pengguna wheel chair, Ibu melewati fast track yang diberi karpet merah  😊

Ibu (1)-horz

Ibu memalingkan muka. Matanya pasti berlinang air mata karena sedih meninggalkan saya, hehe

Cerita selanjutnya (dari Ibu)

Setelah melewati pemeriksaan tiket, Ibu diantar ke gate keberangkatan oleh Mba Indah. Kata Ibu, Mba Indah ini ramah orangnya dan mengajak Ibu ngobrol. Mba Indah juga memberi tips bahwa alasan Ibu memakai kursi roda (jika ditanya pramugari) adalah karena usia lanjut, bukan sakit. Jika dikatakan penyebabnya adalah sakit, pramugari akan meminta surat sakit dari dokter, dan bisa panjang urusannya. Mba Indah juga menepati janjinya mengantarkan Ibu sampai ke seat-nya. Setelah duduk, pramugari memberikan satu selimut untuk Ibu dan menanyakan apakah Ibu perlu bantuan lain. Ibu merasa risih diperlukan istimewa begitu, kata beliau, hihi.

Setelah menempuh perjalanan selama 1.5 jam, pesawat yang ditumpangi Ibu mendarat di Minangkabau International Airport. Setelah landing dan taxi, Ibu langsung berjalan keluar pesawat tanpa menaiki kursi rodanya lagi yang sudah disiapkan oleh pramugari.

Kata Ibu, “Saya sudah sembuh”, haha. Ibu memang sudah hafal isi bandara Minangkabau jadi tidak perlu bantuan lagi. Dan Bandara Minangkabau bukanlah bandara yang besar.

Begitulah cerita Ibu naik kursi roda. Kata Ibu, untuk selanjutnya beliau InsyaAllah sudah paham bagaimana cara masuk pesawat di Bandara 3U Soetta 😊

One thought on “Pengalaman Memesan Wheel Chair Assistance – Garuda Indonesia

Leave a comment