2018: Berpose dengan Kain Tenun Sumba


Kain tenun ikat yg kami pakai harganya paling tidak IDR 2 juta! 😎

Kok mahal sekali? Karena pengerjaannya bisa berbulan-bulan. Jadi wajar sekali jika harus diappresiasi dengan harga segitu.

Kain ini tetap terlihat cantik walaupun yang mengenakannya belum mandi pagi.

2018: Air Terjun Tangedu


Trip ke Air Terjun Tanggedu adalah yang paling seru karena ada trekking-nya, kira-kira selama 1 jam-an. Di awal perjalanan, disangka ini trekking ala ‘mati karancak an’ alias cuma jalan kaki biasa plus foto-foto dengan kain Sumba. Benar ada trekking cantiknya, tapi kami tak tahu kalo ada bonusnya, yaitu panjat dan turun tebing dengan tali tambang 😝.

Walaupun perut kram dan agak salah kostum, akhirnya di’ayo’in aja walaupun ngos-ngosan dan terus-terusan bertanya, “Berapa lama lagi nyampe”? Hehe 😅

Perjuangan kami sepadan dengan pemandangan di air terjun. Air terjunnya gak hanya cantik, tapi juga masih bersih airnya dan layak diminum. Airnya segar, dan kayak ada manis-manisnya gitu. Alhamdulillah, gak bikin masalah pencernaan 👍

Perjalanan pulang sama saja, masih ada panjat dan turun tebing. Tapi kali ini, kami menghadiahi diri dengan minum air kelapa yg segar, dan karena gak ada sedotan, airnya harus diminum dari kelapanya sendiri 🤣

Air Terjun Tanggedu terletak di Kabupaten Sumba Timur, sekitar 45 km dari Waingapu, setelah melewati Savana Puru Kambera dan Bukit Mondu.

2018: Pantai Walakiri


Pantai Walakiri terletak di Kabupaten Sumba Timur, dan tak jauh dari Bandara Waingapu.

Pantai ini adalah salah satu spot yg menarik untuk menikmati matahari terbenam di Sumba. Pengunjung pantai ini adalah turis atau penduduk lokal. Pantai ini makin populer sejak menjadi salah satu setting tempat Film ‘Susah Sinyal’.

2018: Pantai Pero


Mayoritas penduduk di daerah ini beragama Islam. Paling tidak, ada 2 masjid ditemukan di sepanjang jalan menuju pantai ini. Rumah-rumah penduduk di sini tidak mempunyai bangunan kuburan di halaman depan rumahnya seperti layaknya rumah-rumah lain di Sumba.

Menurut guide lokal kami, tidak pernah ada perselisihan antar warga Sumba yg disebabkan agama. Mereka sanggup ‘baku potong’ karena urusan lain, termasuk politik dan pilkada.

2018: Kampung Adat Ratenggaro


Kampung Adat Ratenggaro adalah salah satu kampung di Pulau Sumba yang masih memegang teguh warisan leluhur Sumba. Kampung ini bahkan masih memelihara kuburan dari zaman megalithikum.

Penduduknya tinggal di rumah tradisional khas Sumba terdiri dari 3 level. Level paling bawah adalah kandang hewan ternak, level tengah adalah untuk penghuni rumah dan level teratas (atap panjang) adalah tempat menyimpan makanan.

Jangan salah. Walaupun terlihat kuno, beberapa rumah di Kampung Adat Ratenggaro ini memiliki solar panel mungil di atap rumahnya 😀, sebagai sumber energi listrik.

Jika berkunjung ke sini, sempatkanlah membawa buah tangan berupa alat tulis, buku atau permen buat anak-anak Ratenggaro. Mereka akan senang sekali. Keterbatasan distribusi dan logistik barang ke daerah ini membuat barang-barang tersebut agak susah ditemukan di sini.